Nafsul Muthmainnah: Renungan Lembut Jiwa yang Tenang Menuju Surga

 



Wahai Jiwa yang Tenang, Yuk Pulang dengan Bahagia

(Renungan hangat dari Surah Al-Fajr: 27–30)

“Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah,
irji‘i ila rabbiki raadhiyatan mardhiyyah.”

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai-Nya."
(Surah Al-Fajr: 27–30)

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي

Artinya:
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."


Sahabatku, Mari Kita Duduk Sebentar dan Merenung…

Pernah nggak, kamu merasa capek banget tapi hatimu tenang? Seperti habis melewati banyak hal—tangis, perjuangan, sabar yang nggak dihitung orang—lalu akhirnya kamu sadar, “Ya Allah, aku ternyata sudah di jalan yang Kau ridai.” Nah, itu lho... gambaran kecil dari nafsul muthmainnah.

Ayat ini sering kita dengar saat perpisahan, saat seseorang berpulang. Tapi sebenarnya, ini bukan sekadar ayat duka. Ini adalah undangan penuh cinta dari Allah untuk orang-orang yang hidupnya diwarnai iman, keikhlasan, dan pengharapan.

Yuk Kita Pelajari Pesannya...

1. “Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah” – Wahai jiwa yang tenang
Ini bukan tentang hidup tanpa masalah. Tapi tentang hati yang tetap yakin, walau dunia goncang. Ia bisa menangis, tapi tidak putus asa. Ia bisa jatuh, tapi tetap bangkit dengan sabar dan doa.

2. “Irji‘i ila rabbiki” – Kembalilah kepada Tuhanmu
Lihat deh... Allah nggak bilang “mati”. Tapi "kembali". Seperti anak rantau yang pulang ke rumah. Dipanggil bukan dengan marah, tapi dengan rindu.

3. “Raadhiyatan mardhiyyah” – Ridha dan diridhai
Jiwa ini pulang dalam keadaan puas—bukan karena hidupnya mudah, tapi karena ia tahu segalanya punya makna. Dan lebih indah lagi... Allah ridha padanya. Bayangkan, Sang Pencipta tersenyum menyambutmu.


Hidup Ini Singkat, Tapi Bermakna

Kita nggak tahu berapa lama lagi kita di dunia. Tapi kita bisa memilih: mau jadi jiwa yang galau terus, atau perlahan jadi jiwa yang tenang?

Tenang bukan berarti tanpa beban. Tapi kita tahu ke mana harus berpaling. Kita tahu siapa yang selalu menerima kita, meski orang lain nggak mengerti—Allah.


Yuk, Latih Hati Jadi Tenang

Mulailah dari hal sederhana: sabar saat diuji, jujur saat diuji, dan tetap baik walau dunia keras. Karena Allah nggak pernah tidur. Dia lihat setiap usahamu untuk jadi lebih baik.

Dan jangan lupa ya...
Selalu mampir ke artikel dari Menara Suci.
Kadang satu ayat bisa bikin kita menangis, satu tulisan bisa buat kita berubah.


Lebih baru Lebih lama
Responsive Advertisement



Responsive Advertisement